Minggu, 02 Mei 2010

Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela (Tetsuko Kuroyanagi)


Catatan:

Alhamdulillah… akhirnya saya punya kesempatan lagi untuk ng-entry blog ini. It’s been so long! I was so busy with my office works. Saya bahkan nggak punya banyak kesempatan untuk baca novel atau bacaan lain yang ringan-ringan. Baca dokumen kerjaan sih iya, sama paling baca koran. Tapi diantara kesibukan kerja tersebut, saya sebenarnya menyempatkan diri—menyelinap tepatnya—ke beberapa toko buku, entah di bandara atau di kota-kota yang saya singgahi, untuk menambah koleksi bacaan saya.

Pertengahan Maret lalu, saya ke Brunei Darussalam. Di sebelah hotel tempat saya menginap di Bandar Seri Begawan, terdapat mall yang di dalamnya ada toko buku kecil, nama tokonya Best Eastern. Saya membeli beberapa buku dan majalah di sana. Juga beberapa bacaan lain dalam perjalanan pulang saya di bandara Changi (toko buku Times). Tapi buku-bukunya belum ada yang kelar dibaca. Jadi nanti aja ngebahasnya ya…

Trus awal April, saya ke Vietnam. Sayangnya dalam perjalanan 3 hari itu, saya nggak sempat ke toko buku manapun! Tidak juga di bandara (meski saya singgah di tiga bandara internasional: Singapura, Saigon, dan Kuala Lumpur). I was in a mission, so no time for readings at all! Not even for a novel I brought in my hand bag!

Lalu di akhir April, saya ke Amerika Serikat, tepatnya ke Washington DC. Di sana saya sempat ke toko buku Borders dan toko bukunya Bank Dunia. Saya beli beberapa buku. Tapi buku-buku serius yang kalau saya sebut judul-judulnya pasti boring banget dengernya. So please don’t ask!

Tapi bukan itu sebenarnya yang ingin saya bahas disini. Saya cuma menyampaikan excuse saya kenapa lama nggak ng-entry blog ini, in case ada yang mempertanyakan konsistensi bacamania saya…

***

Ok, now back to readings. Ini tentang buku cerita anak-anak (non-fiksi) yang berasal dari Jepang: Totto-chan (si Totto), yang ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi. Semula saya justru melihat sequel terbarunya Totto-chan di deretan buku-buku baru yang recommended di Gramedia: “Totto-chan: Perjalanan Kemanusian untuk Anak-anak Dunia”. Tapi saya belum berkeinginan untuk membeli sequel tersebut. Yang saya beli malah buku Totto-chan pertama yang judulnya “Gadis Cilik di Jendela”. Padahal saya sudah pernah punya waktu saya kelas 4 SD! Dan sekarang kelihatannya Gramedia mencetak ulang. Berhubungan buku Totto-chan masa kecil saya ada di rumah orang tua saya, maka saya pun membeli satu cetakan baru, untuk anak saya.

It is a good book for kids, I can assure you. Benar-benar memberikan wawasan baru tentang dunia sekolah (baca: SD) untuk anak-anak. Anak saya sangat menyukai buku ini. Dia tertarik sekali mengenal sekolah Tomoe dengan sistem pendidikan yang unik untuk jamannya (tahun 1930-1940an), hasil kreasi sang Kepala Sekolah, Sosaku Kobayashi. Gedung sekolahannya saja menempati bekas gerbong-gerbong kereta api yang sudah tidak dipakai. Tidak ada jadwal pelajaran yang ditetapkan secara kaku, karena setiap murid boleh menentukan sendiri urutan pelajaran yang akan dipelajarinya dalam satu hari. Kalau sekolah alam di Indonesia merupakan trend baru tahun 2000an, maka sejak tahun 1930-an Tomoe sudah memperkenalkan metode belajar langsung dari alam. Murid-muridnya diajar bercocok tanam atau berjalan-jalan di udara terbuka sambil sekedar membahas langit biru, kupu-kupu, atau bunga yang sedang bermekaran. Bahkan sayur-mayur dijadikan hadiah untuk pertandingan di hari olah raga (bukannya tanpa menuai protes lho! Tapi Pak Kobayashi yang bijaksana berhasil meyakinkan murid-muridnya bahwa mereka akan merasakan kepuasan tersendiri saat menyantap sayur yang diperoleh dari hasil keringat mereka sendiri).

Buku Totto-chan ini memang tidak melulu mengenai Tomoe, karena lebih merupakan memoir masa kecil Tetsuko Kuroyanagi, sang penulis yang belakangan jadi duta Unicef (Totto-chan itu nama panggilan Tetsuko kecil). Tapi buku ini terutama memang membahas masa kecilnya yang terkait dengan pengalaman bersekolahnya di Tomoe yang merupakan sekolah yang bahkan di Jepang sendiri saat itu mengundang kontroversi atas pilihan metode belajar-mengajar dan kurikulum-nya. Satu hal yang pasti, lepas dari pro-kontra atas Tomoe, Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi benar-benar seorang pendidik yang mencintai secara tulus dunia yang digelutinya. Mengingatkan saya pada Ibu Muslimah di “Laskar Pelangi”-nya Andrea Hirata (atau jangan-jangan justru saat baca Laskar Pelangi, saya teringat Totto-chan?).

Ada satu bab yang paling saya sukai, yaitu cerita dimana Pak Kobayashi dikatakan selalu menyempatkan diri menyampaikan satu kalimat khusus kepada Totto saat mereka berpapasan: “Kau benar-benar anak yang baik, kau tahu itu kan?” To me, it was so touchy! Masalahnya, si Totto kecil saat itu kerap dicap nakal oleh lingkungannya. Dia bahkan dikeluarkan oleh sekolahnya sebelum Tomoe karena dianggap anak pengacau. Padahal, Totto hanyalah seorang anak dengan tingkat keingintahuan di atas rata-rata. Tapi Pak Kobayashi dengan perspektifnya yang selalu positif berusaha menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan Totto bahwa dia sesungguhnya anak yang baik. Dan dampaknya luar biasa, sebagaimana narasi Tetsuko berikut.

“Kata-kata itu menggema di dalam hati Totto-chan, bahkan ketika ia sedang asyik melakukan sesuatu yang tidak biasa (baca: nakal). Sering sekali ia berseru pada dirinya sendiri “Astaga!” ketika mengingat-ingat apa yang pernah dilakukannya…Mr. Kobayashi terus-menerus mengulang kalimat itu, setiap kali, selama ia berseolah di Tomoe. Mungkin kata-kata penting itulah yang telah menentukan arah seluruh hidupnya kemudian…”

Jadi benar tips psikologi cara mendidik anak: jangan pernah mencap anak dengan sebutan-sebutan yang negatif. Sebaliknya, bagaimanapun perilaku dominannya, tanamkan rasa percaya diri dan keyakinan yang positif bahwa dia anak yang baik atau anak yang pintar. Niscaya dia akan tumbuh mengikuti keyakinan yang kita tanamkan kepadanya (Insha Allah).

Seriously, many things you can learn from this special book. Prove it…

DN

2 komentar:

  1. tp kn bs membaca briefing sheet dan pendukungny berkali2 hingga hapal luar kepala selama perjalanan..hihi

    BalasHapus
  2. kalo boleh milih sih mending baca novel daripada baca briefing sheet! hehehe, peace...

    BalasHapus