Minggu, 30 Mei 2010

Enjoy Your Life (Dr. Muhammad al-'Areifi)

Akhir-akhir ini banyak kejadian besar yang terjadi di lingkungan tempat kerja saya. Kejadian-kejadian besar yang mau tidak mau membuat saya jadi menebak-nebak, pesan apa yang ingin Sang Maha Kuasa sampaikan melalui kejadian-kejadian tersebut. Saya tidak ingin menyebutkan secara spesifik kejadian yang saya maksud, karena bakal mengungkap hal-hal yang sangat berbau sensasi ala TV One (stasiun TV yang sekarang hobi bikin siaran infotainment-nya dunia politik).

Tapi manusia memang tidak pernah lepas dari persoalan dan tantangan hidup. Karena hidup itu sendiri nggak bisa diarahkan untuk selalu berjalan sesuai mau kita. Dan Sang Pemilik Hidup pun mempunyai kehendak yang tidak selalu bisa kita pahami pertimbanganNya. Satu saat Dia memberi kita ujian berupa kesenangan atau kemuliaan, di saat lain Dia memberi kita ujian yang terasa menyakitkan. Tapi bukan tanpa maksud lho. Sebagaimana firman-Nya, “Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu.” (QS Al-Hadid: 22-23).

Sebagai manusia biasa (emang siapa juga yang bilang saya manusia luar biasa?) saya pun tak luput dari pasang surut gelombang kehidupan yang kadang bagai melambungkan kita ke puncak tertinggi, namun tak jarang juga seperti menghempaskan kita ke dasar yang paling rendah. Dalam kondisi seperti ini saya sangat bersyukur karena sebagai seorang Muslim saya selalu punya sarana untuk melarikan segala beban pikiran dan perasaan saya, yaitu melalui shalat. Saat shalat rasanya saya sedang melepaskan beban tersebut dan berbagi (baca: curhat) dengan Tuhan. Lalu setelah shalat saya akan membaca doa-doa yang disarankan untuk melapangkan hati orang-orang yang sedang menghadapi kesulitan. Dilanjutkan dengan memilih surat atau ayat dalam Al Quran yang isinya mengena sesuai dengan persoalan yang sedang saya hadapi untuk saya lantunkan. Rasanya damai…(kalau sudah gitu sebenarnya saya suka malu sama ati, karena saya seolah bisa membayangkan para malaikat berkata, “Hmmh, giliran punya masalah aja, shalat sama baca Quran-nya serius!”).

Tapi nggak cuma itu. Ada satu hal lain yang biasa saya lakukan kalau perasaan saya sedang drop dan saya butuh ‘doping’ untuk memulihkan mood dan optimisme saya: baca buku-buku yang menyejukkan. Secara gitu saya seorang bacamania. Kalau seorang musikmania mungkin akan memilih mendengarkan lantunan nada yang mengalir lembut dengan syair yang memotivasi. Whatever you say, it works for me. Membaca buku yang tepat di saat suasana hati sedang nggak enak juga bisa jadi terapi yang efektif lho! Asal bisa milih bukunya aja.

Beberapa waktu yang lalu, buku La-Tahzan (Jangan Bersedih)-nya Dr. Aidh al-Qarni merupakan buku yang banyak dicari orang, termasuk saya, sebagai buku penyejuk jiwa. Beberapa waktu sebelumnya, buku “Lentera Hati”-nya Quraish Shihab yang laris manis di pasaran, dan saya juga punya “Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu”-nya Abdullah Gymnastiar atau AA Gym yang di awal tahun 2000an masih bersinar sebagai dai kondang dengan statusnya yang masih seorang monogamis…(makanya A! hehehe...'dendam' amat!).

Sekarang saya sedang senang membaca buku Enjoy Your Life (Seni Menikmati Hidup) punya Dr. Muhammad al-Areifi. Modelnya hampir sama dengan La Tahzan, namun dengan bahasa yang lebih ringan (tapi mengena). Buku ini banyak mengambil kisah-kisah di jaman Rasulullah sebagai ilustrasi hikmah yang hendak disampaikan. Tapi kalau La Tahzan memiliki topik-topik bahasan yang umum, dalam arti bisa diaplikasikan pada konteks lingkup kehidupan yang luas, kehidupan bermasyarakatlah, kehidupan rumah tanggalah, kalau Enjoy Your Life (EYL) lebih segmented, karena banyak mengangkat topik yang cocok bagi mereka yang bekerja, dengan bab-bab seperti: Kembangkan Diri Anda, Jadilah Orang yang Memiliki Kelebihan, Nikmatilah Berbagai Kecakapan, Seni Berdebat (buat di ruang rapat kali ya, untuk menghadapi ‘macan-macan’ rapat), Seni Mendengarkan (tuh, jadi orang jangan suka minta didengar aja tapi juga mau mendengarkan), dll, dst, dsb…

Sama seperti cara saya baca buku-buku penyejuk jiwa lainnya, saya nggak baca buku itu secara berurutan bab demi bab. Melainkan memilih dari bab yang terlihat cocok dengan suasana hati atau persoalan yang sedang saya hadapi saat membuka buku tersebut.

Dan saat ini, ketika melihat kejadian besar yang terjadi di tempat saya dimana salah satunya menyebabkan seorang petinggi kantor mengundurkan diri karena sebuah kebijakan yang dianggapnya merugikan posisinya atau karirnya (yaitu sang pimpinan tertinggi lebih memilih untuk mengangkat orang lain untuk mengisi jabatan yang diinginkannya). Saya pun membuka buku EYL untuk mencari nasihat apa yang bisa ditawarkan oleh Dr. al-Areifi terhadap situasi ini. Saya menemukan satu bab yang judulnya: “Apabila yang Anda Inginkan Tidak Terjadi, Inginkanlah Apa yang Akan Terjadi.” Dan isinya mengena sekali! Pesan moral yang tertulis pada box di bagian akhir tulisan adalah: "Tidak semua yang diidamkan seseorang itu bisa diraih. Angin pun sering bertiup ke arah yang tidak dikehendaki bahtera." Ini saya kutipkan beberapa kalimatnya:

Selama Anda harus menjalaninya, nikmati saja…Kebanyakan orang mengambil jalan keluar dari persoalannya dengan bersedih secara berkepanjangan, menyalahkan keadaan, dan banyak mengeluh...Sikap seperti ini tidak akan mengembalikan rezki yang luput darinya, dan tidak mendatangkan rezki yang tidak ditakdirkan untuknya...Orang berakal adalah orang yang mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan, apa pun bentuknya, selama dia belum mampu mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baik…(halaman 346).

Hmmm...so wise! Dr. al-Ariefi dalam bab itu juga mengangkat satu kisah yang menunjukkan teladan Rasulullah. Rasulullah tidak pernah mengeluh sesempit apa pun situasi yang tengah dihadapinya. Beliau menikmati dan mensyukuri apa yang sedang berada dihadapannya sambil tetap berikhtiar untuk bisa merubah kondisi yang ada menjadi lebih baik.

Jadi, apabila yang Anda inginkan tidak terjadi, inginkanlah apa yang akan terjadi. Dan sementara itu, nikmati saja apa yang ada dan syukurilah, selama itu merupakan hal yang harus dijalani karena kita belum memiliki solusi yang lebih baik. Sebab, sekali lagi menurut Dr. al-Ariefi , sesungguhnya kebaikan itu bersumber dari apa yang tersedia. Mungkin nggak gampang buat sebagian orang. Ada yang berargumen: Ini masalah harga diri! (kalau jabatan itu pada awalnya sudah dijanjikan untuknya). Atau: Ini masalah keadilan! (kalau jabatan itu diberikan pada orang yang dianggap tidak lebih baik darinya).

Tapi yakinlah, sebagaimana surat Al-Hadid ayat 22-23 di atas, tidak ada segala sesuatu pun di muka bumi ini yang terjadi bukan karena kehendak-Nya. Jika Allah berhendak memberikan suatu kemuliaan bagi kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah tidak atau belum menghendaki, maka tak seorang pun yang bisa memberikan ataupun menyegerakannya. Are you with me?

DN
(PS: Sori jadi ceramah, kayak ustadzah dadakan. Tapi sekali-kali boleh dunk...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar