Kamis, 11 Maret 2010

Buku (Agak) Baru: The Host (Stephanie Meyer)

Para pembaca setia serial Twilight pasti tahu dan mengakui, Stephanie Meyer itu piawai banget mengaduk emosi orang melalui cerita-ceritanya. Cinta Bella dan Edward yang kuat tapi tak mudah disatukan terasa menggemaskan dan membuat para pembaca terikat dengan keinginan untuk menemukan ujung yang happily ever after.

Cerita The Host juga hampir sama. Meyer sekali lagi memainkan emosi pembacanya melalui kisah cinta 2 anak muda yang terhambat perbedaan spesies (!). Hanya bedanya kalau di Twilight perbedaan spesies-nya antara manusia dan vampire, kalau di the Host itu antara manusia dan alien (I wonder if in her next novel Meyer is challenged to explore a love life between a human and…a monster maybe?).

Begini ceritanya. Bumi diserbu sama makhluk angkasa luar yang ‘modus operandi’ penyerbuannya adalah dengan menyusup ke dalam tubuh-tubuh makhluk penghuni planet yang diserangnya, karena wujud dari para alien ini adalah ‘jiwa’ (soul). Ada manusia yang jadi berubah sama sekali kepribadiannya karena jiwa manusianya sudah hilang dikalahkan oleh jiwa alien. Ada yang jiwa asli manusianya masih ada, hanya dijajah saja sama sang jiwa baru dan berebut pengaruh atas raga. Jadi nanti kayak orang berkepribadian ganda, karena kadang kepribadian lamanya masih suka muncul. Tapi yang jelas para jiwa alien ini bisa mengakses memori jiwa lama untuk bertingkah-laku seolah mereka masih manusia yang sama untuk kemudian menjebak para manusia original lainnya. Oiya, para jiwa alien ini terobsesi untuk menciptakan semesta yang penuh kedamaian karena mereka anti kekerasan dan gemar mempelajari kebiasaan makhluk-makhluk planet lain untuk diperbaiki perilakunya agar lebih civilized. Itulah sebabnya mereka hobi menganeksasi raga makhluk planet setempat dan menguasai pikirannya untuk kemudian menaklukan seluruh planet, but with peaceful way.

Nah, si tokoh kita Melanie ini adalah manusia yang jiwa lamanya masih ada meskipun raganya sudah disusupi sama jiwa baru ber-ras alien yang bernama Wanderer (belakangan disebut Wanda). Sebelumnya, Melanie ini tergabung dalam kelompok manusia yang masih orisinal dan hidup bersembunyi dan juga berpacaran dengan salah satu anggota kelompok yang bernama Jared. Berhubung Melanie cinta banget sama si Jared, si Wanda yang udah jadi the host di tubuh Melanie dan bisa mengakses pikirannya, jadi ikutan siang-malam mikirin Jared dan ujung-ujungnya jatuh cinta sama si Bang Jared. Jadilah Wanda terobsesi menemukan Jared di tempat persembunyiannya. Setelah ketemu, Wanda malah mendapatkan penolakan hebat dari Jared yang tahu kalau tubuh Melanie sudah dijajah sama jiwa alien. Inti cerita adalah: upaya Wanda sekaligus Melanie untuk memenangkan cinta Jared. Sementara si Bang Jared terperangkap dalam kebingungan untuk menentukan apakah dia mesti cinta atau mesti benci sama the new Melanie ini. Masalahnya si Wanda meskipun alien tapi hatinya baik juga (sebagaimana doktrin para jiwa). Cerita tambah kompleks karena teman Jared, Ian, ikut-ikutan jatuh cinta sama the new Melanie. Ending-nya? Win-win solution deh pokoknya!

Oke, mungkin Meyer memang tidak meniatkan The Host untuk jadi serial. Jadi dia punya keterbatasan ruang untuk mengeksplor segala sesuatunya secara detail. Tapi menurut saya yang agak menganggu, Meyer jadi terkesan terburu-buru untuk mencapai saat dimana si jiwa Wanda jadi terobsesi untuk mencari Jared. Dia hanya menghabiskan tidak sampai satu bab dan…jreng, jreng! Wanda pun siap mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk menemukan cowok yang mendominasi pikiran Melanie.

Demikian juga dengan setting latar belakang Wanda yang alien, Meyer tidak merasa perlu bersusah payah untuk membangun penjelasan logis agar keberadaan para jiwa pengelana terasa lebih hidup. Mengapa mereka begitu terobsesi untuk mempelajari spesies lain sampai rela bersusah payah berekspansi dan megokupasi planet-planet lain tapi dengan spirit cinta damai mereka (???). Mengapa para Pencari (intel-nya jiwa) dibenarkan bersikap keras dan to some extent kejam di tengah spesies yang memiliki motto: kedamaian semesta alam atau ‘universe without coercion’ (ini slogan ciptaan saya sendiri tapi).

Tapi giliran sampai ke bagian ‘eksplorasi perasaan cinta’, Meyer bisa begitu detail dan menghabiskan berpuluh-puluh bab untuk menggambarkan naik-turunnya emosi cinta segi empat antara Melanie, Wanda, Jared dan Ian. Sebentar sayang, sebentar benci, nanti sayang lagi, trus nggak sayang lagi…..

Well, what do we expect? Ini memang fiksi romantis kok, tidak dimaksudkan sebagai science fiction. Dan sekali lagi ini memang kekuatan Stephanie Meyer, bikin para pembacanya terhanyut menyelami gejolak emosi tokoh-tokohnya yang berjuang memenangkan cinta sejati mereka. Seperti Banana Yoshimoto (Kitchen, Moonlight Shadow) yang hobi mengeksplorasi perasaan kehilangan seseorang yang ditinggal mati sama orang terdekatnya. Tapi herannya kok mereka bisa ya bikin hal yang kalau kita temui sendiri dalam kehidupan sehari-hari kelihatannya ‘nggak penting’ jadi sesuatu yang asyik buat diikuti sebagai sebuah bacaan yang sama sekali nggak sedikit jumlah halamannya? Authors…

DN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar