Minggu, 21 Februari 2010

Makanan dalam Cerita

Saya suka sekali cerita-cerita yang melibatkan makanan di dalamnya. Imajinasi saya secara tak terkendali jadi membayangkan bentuk dan rasa makanan itu. Nggak jarang saya malah bener-bener nyari makanan tersebut buat nyobain.

Buku-buku cerita Enyd Blyton-lah yang pertama kali memberikan saya pengalaman nikmatnya baca cerita dengan kehadiran makanan di dalamnya. Dari semua, Lima Sekawan-lah yang paling sering bawa-bawa makanan di dalam ceritanya, terutama saat mereka melancong, trus piknik di udara terbuka sambil menyantap sandwich telur yang dimakan bersama tomat, daging asap, kue buah, manisan nanas dalam kaleng, es krim dan limun jahe! Yumm… Waktu itu saya sampe narik-narik rok ibu saya, merengek minta dibikinin sandwich telur yang rencananya mau saya makan sama tomat!

Sayang, waktu saya intip Lima Sekawan yang cetakan tahun-tahun sekarang, ternyata penerbit di sini membuang bagian yang menyebutkan nama-nama makanan secara detail. Pantes jadi lebih tipis…

Serial Laura Inggals Wilder malah lebih dahsyat. Cerita makan-makannya banyak, terutama saat musim dingin. Nggak cuma saat makannya, tapi juga diceritain saat masaknya. Wow! Daging rusa yang diasap pakai kayu hikori, kentang tumbuk, biskuit gandum, kue gembung yang sewarna madu, kue labu yang kalau digigit langsung melebur di mulut, popcorn yang cara makannya dimasukkan ke dalam segelas susu…(glek!). Kalau saya amati, kayaknya buku “Anak Tani” yang menceritakan tentang masa kecil Almanzo Wilder yang paling banyak bercerita tentang makanan. Soalnya keluarga Almanzo memang lebih makmur daripada keluarga Laura.

Kalau pengarang Indonesia, NH Dini jawaranya. Dari seluruh serial kenangan masa kecilnya, buku ke-3, “Langit Bumi Sahabat Kita”, yang paling banyak bercerita tentang makanan. Mulai dari jaman susah saat mereka cuma bisa makan nasi jagung, nasi menir, sayur krokot dan kremah, sayur gudeg bonggol pisang, sayur lodeh jantung batang pohon pepaya, sampai saat krisis pangan sudah agak mereda sehingga mereka bisa makan pake singkong yang mempur, sayur bobor daun singkong yang dimasak pake tempe 'bosok', dan menggigit tomat segar yang merah kekuningan. Di buku ke-1, “Sebuah Lorong di Kotaku”, juga ada ikan hasil panen dari genangan air di belakang rumah (saat banjir) yang dipepes dengan daun kemangi, dan jantung pisang yang dibakar dan di bumbui lengkap. Yang terakhir saya sudah pernah minta mbak di rumah buat nyoba masak...Maknyuuusss!

John Grisham nggak sering bercerita tentang makanan di buku-bukunya. Tapi di A Time To Kill, dia cerita waktu tokohnya si Jake makan sama asistennya di rumah makan orang kulit hitam di luar kota yang menunya: lele bakar yang disajikan saat masih panas dan mendesis, udang goreng dan kaki kodok goreng. Saya nggak nafsu sama kaki kodok gorengnya sih, tapi lele bakar dan udang gorengnya bolehlah…

Saking menghayatinya saya sama cerita tentang makan-makanan itu, nggak jarang saya sengaja nyari saat saya sedang berada di negara yang menyediakan makanan sejenis. Waktu inget di bukunya Sophie Kinsela ada cerita tentang fish cake, rocket salad, paprika panggang, di Australia saya 2 hari berturut-turut makan fish cake dan rocket salad dan keluar masuk supermarket buat nyari paprika panggang botolan! Waktu inget Mushasi-nya Eiji Yashikawa bisa nikmat makan hanya dengan nasi dan acar timun Jepang yang pedas, saat di Tokyo saya nyoba makan nasi putih cuma sama acar timun (cuma beberapa suap sih, sesudahnya saya langsung nyomot tempura!). Saya juga pernah milih menu salad yang ada artichoke-nya di sebuah jamuan makan di Washington DC gara-gara terinspirasi salah satu buku (atau artikel ya? Lupa...) petualangan masaknya si British Naked Chef, Jamie Oliver. Ironisnya, saya malah hampir nggak mengenali yang mana yang artichoke di tengah tumpukan sayuran yang saya makan...

Masih banyak buku-buku yang membahas makanan dalam ceritanya, kayak My Life in France-nya Julia Child. Tapi kebanyakan makanan Perancis, dan saya nggak terlalu ngefans sama masakan Prancis (but the way she describes the french meals she's having is quite tempting...). Saya malah lebih tertarik sama makanan Italia kayak yang dibahas sama Elizabeth Gilbert di buku Eat, Pray and Love.

Lalu ada “Kelas Memasak Lilian”-nya Erica Bauermeister, yang ceritanya memang berpusat tentang hubungan makanan dan romansa kehidupan. Saya paling suka di bagian waktu Lilian membawakan ibunya apel segar yang dipetik dari rumah tetangga dan saat ibunya menggigit "...Bunyi berderak keras dan indah memenuhi udara seperti ledakan tepuk tangan yang mendadak dan Lilian tertawa mendengar bunyi itu....“ Hmm…crunchy banget tu apel kayaknya.

Kitchen-nya Banana Yoshimoto, juga banyak membahas tentang makanan. Sayang, yang dibahas paling detail justru saat Mikage makan Katsudon yang terbuat dari daging babi. Secara saya nggak makan babi, ya saya nggak bisa menikmati bagian ini.

Masih banyak lagi sebenernya, tapi saya nggak kuat buat nyeritain satu persatu. Ini air liur nggak bisa diajak kompromi! Mau cari makan dulu ah….

DN

4 komentar:

  1. enyd Blyton! banget mba.. plus gambar makanannya juga oke.. ginger cookies, apple pie.. hehehe

    i read "kitchen" too..

    i'm wondering.. is there any book writes about "cupcakes" in any way? :P

    BalasHapus
  2. thanks dee! kayaknya ada deh di salah satu buku-nya enyd blyton atau astrid lindgren (pokoknya buku anak2) yang nyebut2 tentang cupcakes, tapi diterjemahin sebagai 'kue mangkok'... (kayaknya efeknya jadi beda ya? ngebayangin antara cupcakes dan kue mangkok)

    BalasHapus
  3. Laura Wilders bagus2 dan rinci alurnya, gak cuma ttg makanan, juga ttg kondisi rambut si kakak-beradik, lingkungan rumah, dll...sehingga sangat mudah utk dbayangkan dan cocok untuk novel bagi anak2 agar mulai menyukai novel.

    BalasHapus
  4. betul! cerita tentang kehidupan sehari2 keluarga Wilders yang sederhana, menarik sekali. aku baca dari SD lho! surprise that you (a boy) read it too...

    BalasHapus